SINTAKSIS
SINTAKSIS
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sintaksis adalah cabang linguistik tentang susunan kalimat dan bagian-bagiannya. Sintaksis disebut juga ilmu tata kalimat.
A. Frasa
Frasa merupakan kumpulan kata yang minimal terdiri dari dua kata dalam satu pola. Frasa tidak memiliki predikat.
Contoh:
Ibu pergi ke pasar.
Kata yang dicetak miring menduduki jabatan keterangan. Keterangan tersebut terdiri dua kata, yaitu ke dan pasar, itulah yang disebut sebagai frasa. Berikut ini adalah macam-macam frasa.
1. Berdasarkan bentuk menjadi unsur inti makna yang menjadi unsur inti
a. Frasa endosentrik
1) Setara
Frasa setara merupakan frasa yang memiliki kesetaraan.
Contoh:
Bendera merah putih berkibar. Merah putih merupakan frasa setara karena dua kata tersebut mengalami kesetaraan. Jika salah satu kata dihilangkan kalimat tersebut masih bisa berdiri.
Bendera merah berkibar.
Bendera putih berkibar.
2) Bertingkat
Frasa bertingkat merupakan frasa yang salah satu unsurnya menjabat sebagai inti atau diterangkan (D) dan penjelas atau menerangkan (M).
Contoh:
Kakek membeli sepatu baru di pasar.
Sepatu baru merupakan frasa bertingkat. Sepatu menduduki jabatan inti (D) karena kata sepatu bisa berdiri sendiri. Baru menduduki jabatan penjelas (M) karena baru tidak dapat berdiri sendiri tanpa sepatu. Kakek membeli baru.
b. Frasa eksosentrik
Frasa eksosentris merupakan frasa yang selalu bergantung dengan pasangan- nya dan tidak dapat berdiri sendiri. Frasa eksosentris tidak dapat menggantikan kedudukan frasa itu secara keseluruhan. Frasa eksosentris biasanya didahului oleh kata depan, seperti ke, di, dari.
Contoh:
Ibu membeli jeruk di pasar. Frasa di pasar merupakan frasa eksosentris karena di tidak dapat berdiri sen- diri tanpa pasar dan sebaliknya pasar tidak dapat berdiri sendiri tanpa di.
2. Berdasarkan jenis kata yang menjadi unsur intinya
a. Frasa nominal adalah frasa yang memiliki unsur inti berupa kata benda, misalnya rumah besar (inti atau yang diterangkan adalah rumah).
b. Frasa verba adalah frasa yang memiliki unsur inti berupa kata kerja, misalnya sedang makan (berintikan kata kerja makan)
c. Frasa adjektiva adalah frasa yang memiliki unsur inti kata sifat, misalnya sangat cantik (berintikan kata sifat cantik).
d. Frasa adverbia adalah frasa yang tidak mempunyai inti, frasa ini hanyalah
gabungan dua kata keterangan atau lebih, misalnya tadi sore, sudah akan, hampir tidak.
e. Frasa preposisi adalah frasa yang didahului preposisi atau kata depan dan tidak mempunyai inti, misalnya di kantor, ke terminal.
f. Frasa numeral adalah frasa yang menyatakan suatu bilangan atau jumlah tertentu, misalnya dua ekor.
3. Berdasarkan maknanya
a) Frasa ambiguitas
Frasa ambiguitas merupakan frasa yang memiliki lebih dari satu makna.
Contoh:
Lukisan ayah dipajang di dinding. Frasa lukisan ayah merupakan frasa ambiguitas karena memiliki tiga makna, yaitu:
lukisan milik ayah
lukisan gambar ayah
lukisan buatan ayah
b) Frasa idiomatis
Frasa idiomatis merupakan frasa yang berarti ungkapan dan bermakna konotasi.
Contoh: panjang tangan, bunga desa, meja hijau, banting tulang.
4. Cara mencari frasa sebentuk
a) Menentukan kata benda, kata sifat, kata kerja, dan kata bilangan.
b) Menentukan D (inti) M (penjelas)
c) Menentukan kata dasar dan kata berimbuhan
d) Menggabungkan cara pertama dan ketiga
Contoh:
Frasa keadilan sejahtera sepola dengan frasa kendaraan mahal. Frasa tersebut memiliki bola atau bentuk yang sama, yaitu kata pertama merupakan kata benda dan kata kedua merupakan kata sifat.
5. Cara mencari frasa semakna
Frasa semakna merupakan frasa yang memiliki makna sama. Mencari frasa semakna berarti mencari frasa yang artinya sama. Contoh:
Frasa orang tua dan frasa ayah ibu memiliki
makna yang sama. Kedua frasa tersebut memiliki makna yang sama.
B) Klausa
1. Pengertian Klausa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, serta berpotensi menjadi kalimat.
Frasa
tidak ada unsur predikat
Klausa
ada unsur predikat
Kalimat
ada unsur predikat
Perbedaan klausa dan kalimat terletak pada intonasi final
2. Intonasi Final
Intonasi final adalah pola perubahan nada ujaran yang berfungsi menghentikan atau mengakhiri suatu tutur. Ada dua macam intonasi final, yaitu perhentian antara dan perhentian akhir.
a. Perhentian antara adalah perhentian yang bersifat sementara dan menunjukkan bahwa tutur masih akan dilanjut- kan. Biasanya pemberhentian antara dilambangkan dengan tanda baca koma (,).
b. Perhentian akhir adalah perhentian yang menyatakan suatu tutur sudah mencapai akhir. Biasanya perhentian akhir ditandai dengan:
1) tanda baca titik (.) atau intonasi deklaratif,
2) tanda seru (!) atau intonasi seru
3) tanda tanya (?) atau intonasi tanya
Contoh:
Dia makan. (subjek + predikat) → klausa
Dia makan. (subjek + predikat + tanda baca titik) → kalimat
3. Klausa terdiri atas dua macam sebagai berikut.
a. Klausa utama atau induk kalimat, yaitu klausa yang merupakan inti kalimat dan dapat berdiri sendiri sebagai kalimat. Cirinya adalah tidak boleh didahului konjungsi, misalnya:
Ayah mencuci mobil ketika ibu memasak di dapur.
Ayah mencuci mobil (klausa induk) ketika ibu memasak di dapur (klausa anak)
b. Klausa bawahan atau anak kalimat, yaitu klausa yang merupakan pelengkap dari induk kalimat dan tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat. Cirinya adalah didahului oleh konjungsi, misalnya: Ibu mencuci baju ketika aku pulang. Klausa ketika aku pulang dalam kalimat itu tidak dapat berdiri sendiri.
C) Kalimat
1. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan kesatuan ujaran yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan yang utuh secara ketatabahasaan, serta mempunyai intonasi final. Kalimat minimal terdiri dari subjek dan predikat.
2. Unsur-Unsur Kalimat
Berdasarkan fungsi sintaksisnya, kalimat terdiri atas beberapa unsur, yaitu:
a) Subjek (pelaku) adalah pelaku dari suatu tindakan dan biasanya merupakan jawaban atas pertanyaan apa dan siapa. Subjek biasanya ditandai dengan kata tunjuk itu, bahwa, yang, dan berupa no- mina atau frasa nominal.
b) Predikat (tindakan) adalah kata yang menuju kepada suatu tindakan oleh subjek dan biasanya merupakan jawab- an atas pertanyaan mengapa atau ba- gaimana. Predikat biasanya berupa kata adalah, dapat diingkarkan dengan kata tidak atau bukan, disertai dengan kata aspek (telah, sudah, belum, akan, sedang), dan disertai dengan kata modalitas (ingin, hendak, mau).
c) Objek (sasaran) adalah unsur kalimat yang berfungsi sebagai sasaran yang dikenai pekerjaan. Unsur objek hanya terdapat dalam kalimat aktif transitif. Objek berada di belakang lansung unsur predikat, dapat berubah menjadi unsur subjek dalam kalimat pasif, dan objek ti- dak dapat didahului oleh kata depan (di. ke, kepada, dari, dalam, pada).
d) Keterangan, merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi
tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.
e) Pelengkap, pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek ka- limat pasif, bukan pelengkap. Contoh: mobil baru, sepeda baru.
3. Pola Kalimat
4. Ragam Kalimat
Kalimat berdasarkan subjeknya dibagi menjadi dua, yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif.
a. Kalimat aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang ber- makna subjek melakukan predikat (sua- tu tindakan). Predikat diawali imbuhan me-atau ber-. Kalimat aktif memiliki pola S-P-O-K atau S-P-K. Berikut ini adalah jenis-jenis kalimat aktif.
b. Kalimat pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang bermakna subjek dikenai suatu predikat (tindakan atau perbuatan). Predikat pada kalimat pasif diawali oleh awalan ter- atau di-
c. Mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif
1) Subjek pada kalimat aktif berubah menjadi objek pada kalimat pasif.
2) Predikat yang berawalan me- berubah menjadi berawalan di-/ter-.
3) Kalimat aktif tidak berobjek tidak dapat diubah menjadi kalimat pasif. Contoh:
Indah menunggu Tata di depan perpustakaan.(Aktif) Tata ditunggu Indah di depan perpustakaan. (Pasif)
Kalimat berdasarkan isinya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut.
a. Kalimat berita (kalimat deklaratif) adalah kalimat yang isinya memberita- hukan sebuah informasi kepada pembaca. Ciri-ciri kalimat berita adalah sebagai berikut.
1) Dalam penulisan diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan huruf titik (.).
2) Intonasinya netral.
3) Isinya memberitahukan fakta.
4) Tidak ada tanggapan pembaca.
b. Kalimat perintah adalah kalimat yang isinya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Ciri-ciri kalimat perintah adalah sebagai berikut.
1) Dalam penulisannya, kalimat perintah diakhiri dengan tanda seru (!).
2) Menggunakan partikel -lah atau -kan.
3) Isinya perintah untuk melakukan sesuatu.
4) Intonasinya perintah (nadanya agak naik).
5) Tanggapannya dalam bentuk perbuatan.
Macam-macam kalimat perintah:
c. Kalimat tanya (kalimat interogatif) adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu kepada seseorang. Ciri-ciri kali-
mat tanya, antara lain:
1) Penulisannya menggunakan tanda tanya (?).
2) Isinya menanyakan sesuatu.
3) Intonasinya tanya (naik pada akhir kalimat).
4) Tanggapannya berupa jawaban.
d. Kalimat seru (kalimat interjektif) adalah kalimat yang isinya mengungkapkan perasaan. Kalimat seru disusun dari se- buah klausa dan diawali dengan kata seru, seperti wah, nah, aduh, ah, hah, alangkah, dan sebagainya. Contoh:
1) Alangkah indah pemandangan ini!
2) Aduh, banyak sekali belanjaanmu!
e. Kalimat harapan (kalimat optatif)
adalah kalimat yang mengungkapkan
harapan atau keinginan. Kalimat ini biasanya menggunakan kata semoga, berharap, kiranya, atau mudah-mudahan.
Contoh: Semoga bapak bisa memaafkan saya.
5. Kalimat efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulis secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut.
a. Kesatuan, yaitu terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat.
Contoh:
Kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya:
1) Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberikan kredit. (terdapat subjek ganda dalam kalimat tunggal) Kalimat yang jelas kesatuan gagasannya:
2) Pihak yayasan dibantu oleh bankyang memberi kredit untuk membangun gedung sekolah baru.
b. Kepaduan, yaitu terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat.
Contoh:
Kalimat yang tidak memiliki kepaduan:
1) Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi. (subjeknya tidak jelas).
Kalimat yang memiliki kepaduan:
2) Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi.
c. Keparalelan atau kesejajaran, yaitu terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat.
Contoh:
Kalimat yang salah:
1) Dalam rapat itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu peningkatan mutu pro- duk, memperbanyak waktu penyiaran iklan, dan pemasaran yang lebih gen- car.
Kalimat yang benar:
2) Dalam rapat itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu meningkatkan mutu produk, meninggikan frekuensi waktu penyiaran iklan, dan menggencarkan pemasaran.
d. Ketepatan, yaitu kesesuaian/kecocokan pemakaian unsur-unsur yang membangun suatu kalimat sehingga ter- bentuk pengertian yang bulat dan pasti. Contoh:
Kalimat yang yang tidak memperhatikan ketepatan:
1) Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sehingga petang. (salah dalam pemakaian sehingga)
Kalimat yang memperhatikan ketepatan:
2) Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sampai petang.
e. Kehematan, yaitu menghindari pema- kaian kata yang tidak perlu.
Contoh:
Kalimat yang tidak hemat:
1) Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar seharian dari pagi sampai petang.
Kalimat yang hemat:
2) Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.
f. Kelogisan, yaitu terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal.
Contoh:
1) Kepada Bapak rektor, kami persilakan.
2) Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.