SEMANTIK
SEMANTIK
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, semantik adalah ilmu tentang makna kata dan kalimat, serta seluk-beluk dan pergeseran arti kata. Makna adalah arti, maksud, atau pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Makna kata adalah hubungan antara bentuk bahasa dan hal yang diacunya. Makna menyangkut keseluruhan masalah dalam ujaran dan menyangkut semua komponen konsep yang terdapat pada sebuah kata.
A. Jenis-Jenis Makna Kata
1. Berdasarkan sifat hubungan unsur bahasanya
a. Makna leksikal
Makna leksikal atau makna kamus adalah makna kata secara lepas, tanpa ada kaitannya dengan kata lain dalam sebuah struktur.
Contoh:
Ibu berarti orang tua perempuan Riset adalah penelitian suatu masalah secara sistematis
b. Makna gramatikal (struktur)
Makna gramatikal adalah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatika (tata bahasa), seperti pengimbuhan, pengulangan, dan pemajemukan.
Contoh:
membaca: melihat dan memahami isi dari apa yang tertulis
pembaca: orang yang membaca
2. Berdasarkan gejala kebahasaan
a. Polisemi
Polisemi adalah suatu kata atau frasa yang memiliki banyak makna dalam satu alur pusat.
Contoh:
Api
a. Karena kurang penanganan, api berkobar sampai menjalar ke kompleks pertokoan.(api berarti kebakaran)
b. Karena terbakar api cemburu, Amir sampai tega berbuat kriminal seperti itu.(api berarti sakit hati)
c. Dia sampai lupa tujuan pidatonya karena terlalu berapi-api saat menyampaikan orasinya.(api berarti semangat)
Contoh:
Kepala
a. Saat berdoa biasanya orang akan menundukkan “kepala”. (Bagian tubuh di
atas leher tempat tumbuhnya rambut)
b. Meski umurnya sudah dewasa, Dion masih belum siap menjadi “kepala” rumah tangga. (Pemimpin)
Contoh
Darah
a. Dia kehilangan banyak “darah” setelah kecelakaan tersebut. (Sel-sel merah dan putih yang mengalir dalam pembuluh darah manusia atau binatang)
b. Aku dan Deswin masih memiliki hubungan “darah”. (Keturunan)
b. Homonim
Homonim adalah dua kata atau lebih yang mempunyai ejaan dan lafal yang sama, tetapi artinya berbeda.
Contoh:
Homonim adalah jenis kata yang memiliki lafal dan ejaan yang sama dengan kata lain, tetapi maknanya berbeda. Contoh:
(1) ‘hak’ pada arti hak asasi manusia dan ‘hak’ pada arti hak sepatu;
(2) ‘bisa’ yang bermakna mampu dan ‘bisa’ yang bermakna racun ular.
Kata berhomonim dapat merupakan kata homofon atau homograf.
1) Homofon adalah kata yang sama lafalnya, tetapi berbeda tulisan dan maknanya.
Contoh:
Rok = baju perempuan bagian bawah
Rock = jenis aliran musik
Contoh
bang = panggilan untuk kakak laki-laki
Bank = badan usaha di bidang keuangan
2) Homograf adalah kata yang sama ejaannya, namun lafal dan artinya berbeda. Contoh:
Keset = pengesat kaki
Keset = keadaan benda tidak licin
Contoh
Apel = upacara
Apel = nama buah
3) Hipernim adalah kata yang maknanya umum (melingkupi makna kata- kata yang lain).
Contoh: kata buah maknanya melingkupi kata-kata, seperti mangga, jambu, jeruk, dan sebagainya.
4) Hiponim adalah kata atau ungkapan yang maknanya khusus (termasuk di dalam makna kata).
Contoh: kata bayam termasuk dalam makna kata sayuran.
3. Berdasarkan ada dan tidaknya makna tambahan
a. Makna denotatif (referensial) ialah makna yang menunjukkan langsung pada makna sebenarnya dan apa ada- nya. Makna denotatif disebut juga makna lugas.
Contoh:
hitam: warna seperti warna arang.
b. Makna konotatif ialah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa tertentu.
Contoh:
Denotasi:
Putih (warna)
Keras (padat, kuat)
Konotasi:
Putih (suci, pucat)
Keras (tidak mudahdipengaruhi)
Kata konotasi biasanya digunakan dalam penulisan karya sastra, seperti puisi. Kata bermakna konotasi digunakan untuk menimbulkan kesan lain. Makna konotasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1) Konotasi positif adalah makna konotatif yang mengandung nilai rasa positif (baik, halus, sopan, menyenangkan, sakral dan sebagainya).
Contoh: jenazah, suami, istri, pegawai, tunanetra, dan tunawisma.
2) Konotasi negatif adalah makna konotatif yang mengandung nilai rasa negatif (jelek, rendah, kasar, kotor, dan tidak sopan).
Contoh: mayat, laki, bini, buta, dan gelandangan.
4. Berdasarkan penerapan terhadap acuannya
a. Makna lugas adalah makna yang acuannya cocok dengan makna yang bersangkutan dan biasanya dipakai dalam bahasa resmi. Makna lugas disebut juga makna yang sebenarnya. Contoh:
Kaki: kaki Jojo, kaki itik, kaki singa
Mata: mata saya, mata ayam, mata kerbau
b. Makna kiasan (figuratif) adalah makna yang acuannya tidak sesuai dengan makna kata yang bersangkutan. Makna kiasan biasanya digunakan dalam cerita,
lukisan, ulasan, berita, dan kisah. Tujuan pemakaiannya adalah menghidupkan dan memberikan kesan yang menarik perhatian pembaca.
Contoh:
Kaki: kaki langit, kaki meja, kaki gunung
Mata: mata hati, mata batin, mata tombak
5. Makna kata berdasarkan konteks pemakaiannya, yaitu makna kontekstual adalah makna yang ditentukan oleh situasi atau konteks pemakaiannya.
Contoh:
Rumah yang terbakar itu sudah mengarang dan tidak bersisa. (berubah menjadi arang) Bangkai kapal feri itu sudah mengarang di samudra. (menjadi seperti karang) Indah sedang mengarang sebuah puisi. (menulis karangan)
B. Sinonim
1) Pengertian sinonim Sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama. Sinonim memiliki persamaan kata, yaitu padanan dan variasi. Contoh:
untuk bersinonim dengan bagi, buat, guna. 2) Ketentuan memilih kata-kata yang bersinonim
Pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan konteks kalimat dalam penulisan sebuah karangan yang menggunakan kata bersinonim sangat diperlukan. Berikut ini adalah ketentuan memilih kata-kata bersinonim.
a. Istilah yang diutamakan, yaitu istilah yang sesuai dengan prinsip pembentukan istilah dan pemakaiannya dianjurkan sebagai istilah baku. Misalnya, lebih baik memakai kata gulma daripada tanaman pengganggu.
b. Istilah yang diizinkan, yaitu istilah yang diakui di samping istilah yang diutamakan. Misalnya, boleh saja menggunakan kata akselerasi yang berasal dari kata acceleration, tetapi lebih diutamakan memakai kata percepatan.
c. Istilah yang dijauhkan, yaitu istilah yang menyalahi asas penamaan dan peristilahan. Oleh karena itu, kata tersebut perlu ditanggalkan. Misalnya, pemakaian kata zat lemas harus diganti dengan kata nitrogen.
C) Antonim
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, antonim adalah kata yang berlawanan makna dengan kata lain. Jenis-jenis antonim adalah sebagai berikut.
1. Antonim kembar adalah antonim yang terbatas pada dua unsur (umumnya berupa kata benda dan kata kerja).
Contoh:
putra >< putri
jantan >< betina
2. Antonim bertingkat adalah antonim yang memiliki tingkatan-tingkatan antara dua kata yang berlawanan (umumnya berupa kata sifat).
Contoh:
panas >< dingin
berat >< ringan
3. Antonim kebalikan adalah hubungan timbal balik yang berlawanan (umumnya berupa kata benda atau kata kerja).
Contoh:
guru >< murid
utara >< selatan
D) Perubahan Makna Kata
Makna suatu kata dapat berubah seiring perkembangan penggunaan bahasa. Berikut adalah be- berapa perubahan makna kata.
1) Penyempitan makna (spesialisasi) adalah perubahan makna yang cakupan makna saat ini lebih sempit daripada makna sebelumnya.
Contoh: kata sastra dahulu digunakan untuk menyebut tulisan, tetapi sekarang pemakaiannya mengacu pada karya tulis yang mempunyai nilai keindahan.
2) Perluasan makna (generalisasi) adalah perubahan makna yang cakupan makna saat ini lebih luas daripada makna sebelumnya.
Contoh: kata putri dahulu dipakai untuk anak perempuan dari seorang raja. Sekarang kata putri digunakan untuk sebutan setiap anak perempuan, baik raja maupun rakyat biasa.
3) Amelioratif (membaik) adalah proses perubahan makna yang menyebabkan makna baru dirasakan lebih baik atau lebih tinggi nilainya daripada makna sebelumnya.
Contoh: kata tunanetra dirasakan lebih baik daripada buta.
4) Peyoratif (memburuk) adalah proses perubahan makna yang menyebabkan makna baru dirasakan lebih rendah atau lebih buruk dari makna sebelumnya.
Contoh: kata sekelompok berubah menjadi
gerombolan yang biasanya ditujukan kepada orang yang melakukan tindakan negatif.
5) Sinestesia (pertukaran tanggapan) adalah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang berlainan.
Contoh: gadis itu manis sekali, kata manis sebenarnya tanggapan perasa.
6) Asosiasi adalah perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat.
Contoh: parasit sebenarnya adalah benalu atau organisme yang hidup dan mengisap makanan dari organisme lain, tetapi ke- mudian berdasarkan persamaan sifat itu, maka dipakai istilah parasit untuk menyebut orang yang merugikan (membebani) hidup orang lain.
E. Perpindahan Makna Kata
Perpindahan makna kata terjadi jika sebuah kata menduduki nilai semantik baru dalam penggunaan bahasa umum. Berikut ini adalah macam perpindahan kata.
1. Onomatope adalah kata yang berasal dari tiruan bunyi, misalnya mengetuk, meng- gedor, mengaum, tokek, dan tekukur.
2. Apelativa adalah kata yang berasal dari nama orang, misalnya mujair, boikot, delman, dan honda.
3. Majas, yaitu kata yang maknanya diganti dengan makna konotasi yang lain. Majas adalah bahasa kias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Majas dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Majas perbandingan
1) Perumpamaan (simile) adalah majas perumpamaan yang menggunakan
kata seperti, umpama, sebagai, laksana, ibarat, serupa, dan bak.
Contoh:
-Matanya berkilauan seperti bintang di langit.
-Senyumnya lebar seperti lengkungan pelangi.
-Wajah Ayu bak rembulan yang bersinar terang saat malam.
-Dia terkenal pemberani ibarat singa yang nggak pernah gentar.
-Bicaranya seperti tong kosong.
-Hubungan mereka bak minyak dan air.
2) Metafora adalah majas yang membandingkan dua benda berbeda, tetapi memiliki sifat yang sama.
Contoh:
-Laki-laki itu dibawa ke meja hijau
karena kasus pencurian. (pengadilan atau proses hukum)
-Membaca adalah gudang ilmu.
(Membaca adalah kuncinya bermakna jika membaca buku, kita mendapat banyak wawasan)
-Si jago merah melahap pertokoan itu. (api)
-Diah menjadi buah bibir di desanya.
(Buah bibir bermakna bahan pembicaraan)
3) Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda mati yang seolaholah bisa hidup seperti manusia.
Contoh:
-Pohon-pohon di tepi jalan berbisik-bisik, menceritakan kisah-kisah tua yang terukir dalam garis-garis kulit mereka.
-Daun melambai memanggil namaku.
-Angin, sampaikanlah salamku padanya.
-Bulan tersenyum lembut di atas langit malam.
4) Hiperbola adalah majas yang melebih-lebihkan suatu hal.
Contoh:
-Suaranya menggelegar membelah angkasa.
-Air mata Ani menetes hampir membanjiri kamarnya ketika Ani menangis.
-Hatiku meleleh saat laki-laki itu mengungkapkan cintanya padaku.
-Air di sungai itu sangat jernih hingga mengalahkan beningnya kristal.
5) Antonomasia adalah majas yang memanggil seseorang dengan ciri khas fisik yang melekat pada tubuhnya.
Contoh:
-Si jangkung itu ternyata sama sekali tidak bisa main basket sama sekali.
-Si mungil masih tidur.
-Si gendut sedang belajar.
6) Litotes adalah majas yang menyebutkan suatu peristiwa dengan cara merendah agar tidak dianggap sombong.
Contoh:
-Kalau boleh saya antar Anda dengan mobil jelek ini. Maksud kata Mobil jelek adalah mobil bagus dan mahal
-Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terimakasihku.
Maksud kado yang tidak berharga adalah kado yang sangat berharga/
mewah/mahal
-Saya tinggal di daerah yang sempit.
Maksud daerah yang sempit adalah daerah yang luas
-Rumah lantai dua ini adalah hasil dari bisnis kecil kami.
Maksud dari bisnis kecil adalah bisnis yang besar
-Silakan mampir ke gubuk kami. Maksud kata gubuk adalah rumah mewah.
7) Eufimisme adalah majas yang menghaluskan penyebutan terhadap suatu benda, sifat, dan peristiwa.
Contoh:
-Semua ibu hamil diwajibkan mengonsumsi makanan sehat supaya bayinya nggak menjadi tuna daksa (tuna daksa = cacat fisik)
-Banyak tunakarya yang mengikuti pelatihan agar dapat mendirikan usaha.
-Arin sedikit ketinggalan dalam belajar (ketinggalan = bodoh)
-Siti punya kepribadian yang sedikit berbeda dibandingkan teman seusianya (berbeda = aneh)
Tunakarya adalah bentuk penghalusan dari kata pengangguran.
8) Metonimia adalah majas yang menyebutkan benda menggunakan merek dagang.
Contoh:
-Rumah nenekku di kampung kini tidak lagi menggunakan timba, melainkan sanyo untuk menyedot air. (Sanyo merupakan merek pompa air)
-Ira terbang dengan garuda untuk pergi ke Singapura. (Garuda merupakan nama maskapai penerbangan Indonesia)
-Kakek sedang mengisap jarum. Jarum adalah sebuah merek rokok.
b. Majas sindiran
1) Sarkasme adalah majas yang menyindir dengan sangat kasar dan menghina. Di dalam majas ini terdapat rasa kesal dan marah.
Contoh:
-Orang yang memiliki IQ rendah sepertimu tidak akan bisa lulus dari ujian
-Melihat kelakuanmu yang busuk itu membuatku mual.
-Putih benar wajahmu, sampai bisa disendoki bedaknya
-Tuli ya kamu, dipanggil dari tadi tidak mendengar
2) Sinisme adalah sindiran kasar dengan mengejek. cara mengkritik dan
contoh:
-Ucapannya berkoar-koar, tapi cuma berani di kandang.
-Kepala mu besar, namun isinya kosong.
-Capek sekali aku mendengar bualanmu yang mengandung kebohongan.
-Standarnya setinggi langit, tampannya sedatar tanah.
3) Ironi adalah majas sindiran yang halus.
Contoh:
-Indah benar rapor mu dihiasi dengan warna merah.
-Bersih sekali lantai rumahmu, padahal sudah seminggu tidak kau sapu.
-Santun sekali perilakunya, bertanya saja pakai teriak-teriak.
-Tulisanmu bagus sekali sehingga tidak dapat dibaca.
c. Majas pertautan
1) Sinekdok pars prototo adalah majas pertautan yang menyebutkan sebagian untuk menggantikan keseluruhan. Contoh:
-Mereka sebaiknya segera angkat kaki dari rumah ini.
-Rudi baru terlihat batang hidungnya tadi sore.
-Andi telah lama menaruh hati pada Siti.
2) Sinekdok totem pro parte adalah majas pertautan yang menyebutkan keseluruhan untuk menggantikan sebagian.
Contoh:
-Perempuan tidak menyukai laki-laki dengan sifat temperamental.
-Indonesia menang dalam pertandingan bulu tangkis bulan lalu.
3) Alusio adalah majas pertautan yang menunjuk kepada ungkapan, peribahasa, peristiwa, tokoh, tempat, atau karya sastra yang terkenal dan umum digunakan. Contoh:
-Seperti Malin Kundang, keangkuhan akan membawa kehancuran kepada dirimu sendiri.
Penjelasan: Malin Kundang, tokoh dalam cerita rakyat Indonesia, digunakan untuk menggambarkan akibat negatif dari sikap angkuh.
-Dia adalah Napoleon dalam dunia bisnis, menguasai pasar dengan strategi yang cemerlang.
Penjelasan: Napoleon Bonaparte digunakan untuk menggambarkan keunggulan dan keberhasilan seseorang dalam dunia bisnis.
-Lubang Buaya mengingatkan kita pada peristiwa 30 September 1965. Kami berharap agar tidak menjadi anak seperti Si Malin Kundang.
d. Majas pertentangan
1) Paradoks adalah majas yang menyatakan sesuatu yang berlawanan, tetapi tidak berupa lawan kata.
Contoh:
-Meski cuaca panas, tapi pikiran harus tetap dingin.
-Di tengah terpaan angin puting beliung, hatinya tetap tenang.
-Kegigihannya mencapai mimpi membuat ia lupa akan sakit yang ia rasakan.
-Aku kesepian di tengah kota yang sangat ramai.
2) Pleonasme adalah penggunaan kata yang boros sehingga tidak perlu lagi digunakan.
Contoh:
-Silakan maju ke depan.
-Paman suka mengkonsumsi tempe kedelai.
Keterangan: Kalimat tersebut sebenarnya tidak perlu ditambah pengulangan kata ‘kedelai’, sebab bahan dasar dari tempe adalah kedelai. Hal ini sudah diketahui oleh semua orang bahwa tempe terbuat dari kedelai.
-Ayah suka mencampurkan madu manis ke dalam jamunya.
Keterangan: Kalimat tersebut sebenarnya tidak perlu ditambah pengulangan kata ‘manis’. Sebab kata madu dalam kalimat tersebut sudah memiliki rasa yang manis. Hal ini sudah diketahui oleh semua orang bahwa rasa dari madu adalah manis.
-Saya sudah melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri.
Keterangan: Kalimat tersebut tidak memerlukan kalimat dengan mata kepala saya sendiri karena dalam kalimat saya sudah melihat kejadian itu sudah menjelaskan ada yang melihat sebuah kejadian secara langsung sehingga tidak diperlukan lagi penegasan makna.
3) Antitesis adalah majas yang menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam satu kalimat.
Contoh:
-Miskin kaya, cantik buruk sama saja di mata Tuhan.
-Tua muda, besar kecil, laki-laki perempuan semua mengikuti acara ini.
-Menunda pekerjaan kecil berarti menimbulkan masalah besar.
4) Anakronisme merupakan majas yang mengungkapkan sesuatu kejadian yang tidak sesuai dengan waktu kejadiannya dan tidak masuk akal. Majas ini menggunakan sesuatu yang belum terjadi di masa itu dan tidak akan pernah terjadi.
Contoh:
-Gatot Kaca menuntut ilmu bersama Patih Gajah Mada sehingga mereka sama-sama ingin menguasai bumi.
Istilah, yaitu kata atau gabungan kata yang secara tepat mengungkapkan makna konsep, proses, dan sifat yang khas dalam bidang tertentu.
-Setelah perang Bubat berlalu, Majapahit menjual sebagian alutsista melalui website resminya.
-Ternyata selama ini Bandung Bondowoso dan Sangkuriang berteman di Facebook.
F) Diksi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Fungsi dari diksi adalah sebagai berikut.
1. Membuat pembaca atau pendengar memahami secara benar terhadap apa yang
disampaikan oleh pembicara atau penulis.
2. Melambangkan ide atau gagasan yang di- ekspresikan secara verbal.
3. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
4. Komunikasi menjadi efektif dan efisien.
G) Kata Ulang
Kata yang terbentuk sebagai hasil pengulangan atau reduplikasi disebut kata ulang. Jenis-jenis kata ulang adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan jenisnya
a) Dwilingga, yaitu kata ulang yang tidak mengalami perubahan.
Contoh: meja-meja, buku-buku, rumah- rumah
b) Dwilingga salin suara, yaitu kata ulang
yang berganti suara di akhir atau di awal kata.
Contoh: mondar-mandir, sayur-mayur, bolak-balik
c) Dwipurwa, yaitu kata ulang yang terjadi akibat adanya pengulangan suku awal kata.
Contoh: tetamu, tetangga, lelaki
d) Berimbuhan, yaitu kata ulang yang memiliki imbuhan.
Contoh: bermain-main, menari-nari, tertawa-tawa
e) Semu, yaitu jenis kata ulang yang juga dipakai sebagai nama suatu benda.
Contoh: lumba-lumba, gado-gado, kura- kura
2. Berdasarkan maknanya
a) Serba
Contoh: putih-putih, bulu-bulu
b) Intensitas
1) kualitatif: pandai-pandai, kuat-kuat
2) kuantitatif: buku-buku, mobil-mobil
3) variatif: buah-buahan, sayur-sayuran
4) frekuentatif: memanggil-manggil, memukul-mukul
c) Menyerupai
Contoh: mobil-mobilan, orang-orangan
d) Menyatakan suatu hal
Contoh: masak-memasak e) Agak
Contoh: kemerah-merahan, kekuning- kuningan
f) Saling
Contoh: bersalam-salaman, pukul-memukul
H) Idiom (Ungkapan)
Idiom atau ungkapan adalah suatu gabungan kata yang memiliki makna yang sudah menyatu atau kelompok kata yang menyatakan makna kiasan.
Contoh: anak emas (anak yang paling disayang), angkat topi (salut, hormat), cagar alam (tempat perlindungan alam), dan darah daging (anak).
Berikut ini adalah jenis-jenis idiom.
1. Idiom sebagian, yaitu idiom atau ungkapan yang sebagian unsur pembentuknya masih dapat dikembalikan kepada makna denotasinya.
Contoh:
Kabar burung berarti kabar atau berita yang belum tentu kebenarannya.
Daftar hitam berarti daftar nama orang yang terlibat dalam tindak kejahatan.
Dalam hal ini, kata kabar dan daftar masih dapat dikembalikan pada makna denotasinya.
2. Idiom penuh, yaitu idiom atau ungkapan yang seluruh unsur pembentuknya tidak dapat dikembalikan kepada makna denotasinya/sebenarnya. Contoh: Darah biru berarti bangsawan. Gulung tikar berarti bangkrut. Kata darah dan kata biru sudah kehilangan makna denotasinya. Demikian juga kata gulung dan kata tikar.
I. Kata Rujukan
Kata rujukan adalah kata yang merujuk pada kata lain yang telah digunakan sebelumnya sebagai pengganti kata aslinya. Berikut ini adalah jenis-jenis kata rujukan.
1. Rujukan orang atau yang diperlakukan seperti orang: dia, ia, mereka, beliau.
2. Rujukan benda atau hal: ini, itu, tersebut.
3. Rujukan tempat: di sini, di situ, di sana.