Pak Karim mengalami kecelakaan sehingga ia tidak mampu untuk berdiri, bahkan untuk duduk sekalipun ia juga mengalami kesulitan. Pada kondisi tersebut, cara Pak Karim melakukan shalat adalah ….
Pak Karim mengalami kecelakaan sehingga ia tidak mampu untuk berdiri, bahkan
untuk duduk sekalipun ia juga mengalami kesulitan. Pada kondisi tersebut, cara Pak
Karim melakukan shalat adalah ….
A.Tetap ke masjid dengan membawa tempat duduk untuk shalat
B.Tetap shalat di rumah dengan bantuan anaknya untuk berdiri
C.Tidur miring, ruku’ dan sujud dengan isyarat kepala.
D.Menggunakan isyarat mata atau anggota tubuh lainnya
jawaban;
C.Tidur miring, ruku’ dan sujud dengan isyarat kepala.
penjelasan;
Tahapan pertama: Jika tidak lagi
mampu berdiri, maka
diperbolehkan untuk
melaksanakan shalat dengan
duduk bersimpuh.
Sesuai dengan hadits:
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ : كَانَتْ بي بَوَاسِيْرُ فَسَأَلْتُ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ عَنِ الصَّلاَةِ فَقَالَ: “صَلِّ قَايهِمَا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَّمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبِكَ
Artinya:
“Dari Imran bin Husain, ia berkata: ”Aku pernah menderita
bawasir, lalu aku bertanya kepada Nabi Saw tentang (tata cara)
shalat”. Maka ia menjawab:”Shalatlah engkau dengan berdiri, jika
tidak mampu hendaklah dengan duduk, dan jika tidak mampu
hendaklah dengan berbaring” (HR. Bukhari dan Nasai)
Tahapan Kedua: Jika tidak lagi
mampu duduk bersimpuh, maka
diperbolehkan untuk
melaksanakan shalat dengan
terlentang.
Sesuai dengan Hadits:
صَلِّ قَائِ مَا, فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبِكَ
Artinya:
“Shalatlah engkau sambil berdiri, jika tidak mampu, shalatlah sambil duduk, jika tidak mampu shalatlah sambil berbaring di atas lambung” (HR. Bukhari)
Tahapan Ketiga: Jika tidak lagi
mampu terlentang, maka
diperbolehkan untuk
melaksanakan shalat dengan
isyarat mata.
Sesuai dengan Hadits: وَعَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يُصَلِّى الْمَرِيضِ قَائِمًا إِنِ اسْتَطَاعَ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ صَلَّى قَاعِدًا. فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يَسْجُدَ أَوْ مَابِرَأْسِهِ وَجَعَلَ سُجُوْدَهُ أَخْفَضَ مِنْ رُكُوعِهِ, فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُصَلِّى قَاعِدًا صَلَّى عَلَى جَنْبِهِ الأَيْمَنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ . فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُصَلِّى عَلَى جَنْبِهِ الْأَيْمَنِ صَلَّى مُسْتَلْقِيَارٍ جُلاهُ مِمَّايَلِي الْقِبْلَةَ
Artinya:
“Dari Ali bin Abi Thalib Ra, dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Seorang yang sakit hendaklah shalat dengan berdiri jika mampu, jika mampu hendaklah dengan sujud, kemudian jika tidak mampu sujud maka hendaklah cukup berisyarat dengan kepalanya, dengan menjadikan sujudnya itu lebih rendah daripada ruku ‘nya. Kemudian apabila ia tidak mampu shalat dengan duduk, maka hendaklah ia shalat dengan berbaring ke kanan dengan menghadap kiblat. Kemudian apabila ia tidak mampu berbaring ke kanan, maka hendaklah ia shalat dengan terlentang dengan
menghadapkan kedua kakinya ke arah kiblat” (HR. Daruguthni)
Tahapan keempat: Jika tidak lagi
mampu menggunakan syarat,
maka diperbolehkan untuk
melaksanakannya dengan
membaca di dalam hati.
فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
Artinya:
“Jika aku memerintahkan kalian mengerjakan sesuatu, maka kerjakanlah berdasarkan kesanggupan kalian” (HR. Bukhari dan Muslim)