malu mempunyai adik yang tidak normal
pukul 1 pagi, aku terbangun dari tempat tidurku dan berlari dari kamarku menuju sumber suara yang mengganguku,
seharunya malam hari adalah waktu untuk beristirahat dari lelah yang telah dijalani dipagi hari namun tidak untukku.
“duarrr brak…” terdengar suara benda terjatuh.
teryata dia sudah bangun dan menanggis dengan keras sambil mengacaukan barang-barang di rumah,
ya, itulah adikku.lall
aku kadang sangat malu tapi mau bagaimana ahh.. sudahlah..
sekarang aku mulai terbiasa dari semua kelakuannya mulai dari menanggis, berteriak, melempar barang-barang, bahkan dia bisa melukai dirinya sendiri.
aku sangat muak dan lelah mengurusnya namun tidak dengan ibuku dia berkata, “dia akan sembuh suatu hari nanti”
aku berkata dalam hati, “itu tidak mungkin”.
lalu ayah datang dan berkata, “ayo tidur waktunya tidur! “.
umurnya 10 tahun namun tidak bisa mandi, ganti baju, bermain sendiri atau hal yang biasa dilakukan anak seusianya, sehingga dia sangat merepotkan keluarga kami.
demam tinggi yang dialaminya sewaktu lahir menyebabkannya terkena autis, akibatnya dia membuatku malu di depan orang-orang karena melakukan hal-hal yang di luar perkiraanku.
dia sering melemparkan maiannya kearah teman-temanku saat kami mengerjakan tugas kelompok dirumahku.
dia juga pernah membawa sampah kerumah, membawa katak, melemparkan kecoa kearahku sampai aku berteriak.
dosa apa yang aku miliki sehinga aku mempunyai adik seperti dia.
tapi ibuku selalu berkata bahwa adikku sangat spesial.
“nak tolong jaga adikmu ya…?
bagiku menjaga adiku adalah hal yang paling tidak aku inginkan karena dia di selalu berlari-lari sampai aku kelelahan saat mengejarnya.
aku harus menyingkirkan barang-barang yang berbahaya yang berada disekitarnya supaya dia tidak terluka.
walaupun aku membencinya aku tidak ingin dia terluka.
“jahat..”, teriaknya padaku.
“apa kau bila bilang? “, teriakku.
lalu dia menangis seakan mengerti bahwa dia sedang kumarahi dia langsung pergi ke ibuku.
lalu ibu bilang, “nak, jangan terlalu kasar pada adikmu! “.
aku hanya terdiam, lalu adikku menarik tanganku dan tertawa sambil menari-nari sampai dia terjatuh dan dia terus menggualinya sampai beberapa kali, lalu dia terdiam karena pusing dan tertawa sangat keras lalu meloncat dan berlari.
“kalau tidak mau kakak marah diem ya….? “.
tapi dia tidak menghiraukan perkataanku dan terus berlari sambil meloncat-loncat, lalu aku memangil ibu dan ibu selalu bisa mnenangkannya.
aku sangat membencinya tapi ibu malah sangat menyayanginya.
ibu berpesan kalau dia adalah adikku yang harus selalu aku jaga dan sayangi.
perasaan kesalku mulai sedikit demi sedikit menghilang karena ingat pesan ibuku.
setiap hari selasa adikku menjalani terapi.
“kak ayo ikut supaya kamu makin dekat dengan adikmu! ”
namun aku menjawab, “aku jaga rumah saja, bu”
lalu aku menciumnya walau selalu ada air liur dibibirnya namun dia tetap adikku.
ibu terlihat bahagia aku mulai menyayangi adikku.
rasa sayang ibuku kepada adiku melebihi rasa sayang kepadaku.
“mengapa ayah dan ibu sangat menyayangi adik? “.
ibu menjawab, “dia spesial, ibu yakin suatu saat adikmu akan sembuh jadi kita sama-sama berjuan untuk kesembuhannya ya nak? “.
“baik bu, aku akan selalu menyayanginya”.
ibu berjalan menghampiriku dan memeluku, pelukan yang sangat hangat.
kulihat mama melulai meneteskan air mata, mungkin karena sudah lama tidak melihatku menyayangi adik seperti ini.
suasana menjadi haru.
ayah berkata, “ini baru anak ayah” lalu, semua tertawa.
sambil mencairkan suasana aku berkata, “iya, kan ayahnya pintar dan ganteng”.
lalu, semua kembali tertawa.
namun, anehnya adiku mulai tertawa dan pertama kali menyebutkan kata “kakak…ayah….ibu…”.
lalu aku memeluk adikku. adikku berkata, “sayang…kakak…”.
ada secercah harapan adikku bisa sembuh.
perasaan bersalah karena aku menjadi kakak yang buruk selama ini.
kulihat ayah dan ibu tidak bisa berkata-kata.
“baiklah, aku akan ikut menemani adik terapi”, kataku sambil menghapus air mata yang mulai membasahi pipiku
entah kenapa jiwaku terpanah saat melihat adikku dengan mata dan kata-katanya.
ibu menggendong adikku lalu, menciumnya dengan ciuman yang sangat hangat.
lalu ayah memanggil, “hey ayo berangkat nanti terlambat! ”
“baik”, kata mama.
kami memilih menaiki mobil pribadi supaya tidak ada yang merasa terganggu saat adikku menanggis.
saat diperjalanan kami melihat alun alun yang sangat ramai. pandangan adikku tertuju ke arah taman bermain yang berada didekat alun-alun mungkin karena kami jarang menghabiskan waktu bersama jadi, kami sekelurga memutuskan untuk berhenti.
”apa….” kata adikku.
”itu perosotan dik” jawabku .
”apa..”tunjuk adikku.
”ini jungkat jungkit”kataku sambil tersenyum.
akhirnya kami bermain selama hampir 2 jam.
permainan yan disukai adikku yaitu: perosotan, ayunan,dan junkat-jungkit.
sebelum kami pergi dari sana kami membeli permen kapas.
”ini kakak belikan untukmu” kataku kepada adikku .
”apa….”sambil memakan permen kapasnya.
”permen kapas” kataku sambil memegang pipinya.
”men..kapas….”, katanya.
”wah…kamu pintar sekali…”, kataku sambil menggusap rambutnya.
baru kali ini adikku tidak menanggis dan berteriak, dia lebih terlihat tenang.
bahkan, kali ini dia memahami perkataanku.
setelah, puas bermain kami beranjak pergi untuk ke rumah sakit tempat dimana adikku menjalani terapi
kali ini aku dan ibuku menaiki delman sementara ayah berada dibelakang kami megendarai mobil
aku merasa hari ini adalah hari yang paling baik dalam hidupku.
aku dan ibu berserita dan bersenda gurau tak terasa rumah sakit sudah ada didepan mata
saat terapi adikku sudah mulai bisa mulai bisa mendengarkan perintah dari dokter ayah, ibu dan aku.
aku sangat bersyukur, ya walupun belum sepenuhnya namun aku sangat bahagia dan pertama kalinya aku bangga pada adikku.
untuk kalian yang mempunyai saudara yang punya penyakit apapun tolong anggap dia karena yang dia butuhkan adalah kasih sayang dan dukungan. semua orang ingin dilahirkan sehat tapi kita tidak bisa memilih ataupun meyalahkan keadaan yang bisa kita lakukan aalah berbuat sebaik mungkin untuk membuat hidup yang lebih baik.