utbk snbt

B. PENALARAN DEDUKTIF

B. PENALARAN DEDUKTIF

Tes penalaran umum adalah tes yang mengukur cara berpikir atau bernalar dari proposisi-proposisi yang diberikan untuk melihat hubungan antarproposisi tersebut. Proposisi merupakan suatu pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh.

Proposisi dapat berupa proposisi tunggal dan proposisi majemuk. Proposisi tunggal adalah pernyataan yang hanya mengandung satu gagasan atau ide, biasanya terdiri dari satu subjek dan predikat. Proposisi tunggal dapat bernilai benar atau salah, tergantung pada apakah pernyataannya sesuai dengan fakta atau tidak. Contoh:

Planet Mars adalah pusat tata surya. (salah)

Indonesia merupakan negara kepulauan. (benar)

Proposisi majemuk adalah pernyataan yang mengandung lebih dari satu gagasan atau Ide, biasanya terdiri dari beberapa subjek dan predikat yang dihubungkan dengan kata penghubung. Ada tiga jenis proposisi majemuk yang sering ditemul yaitu proposisi konjungsi, disjungsi dan implikasi.

Konjungsi adalah proposisi majemuk yang menggabungkan dua pernyataan dengan kata penghubung dan”. Konjungsi hanya bernilai benar jika kedua pernyataan tersebut benar. Contoh:

Guru yang berkualitas dan lingkungan belajar yang kondusif dapat meningkatkan minat belajar siswa.

Disjungsi adalah proposisi majemuk yang

menggabungkan dua pernyataan dengan kata

penghubung “atau”. Disjungsi bernilai benar jika salah satu atau kedua penyataan tersebut benar. Contoh:

Pendidikan formal atau pengalaman hidup dapat membentuk kemampuan seseorang.

Implikasi adalah proposisi majemuk yang menggabungkan dua pernyataan dengan kata penghubung “jika… maka… dan menyatakan hubungan sebab-akibat antara keduanya. Implikasi terdiri dari anteseden (pernyataan yang mengandung syarat atau kondisi yang harus dipenuhi) dan konsekuensi (akibat dari anteseden).

Implikasi hanya bernilai salah jika pernyataan yang menyatakan anteseden benar, tetapi pernyataan yang menyatakan konsekuensinya salah. Implikasi juga dapat dituliskan dengan simbol panah (=>) contohnya Jika P maka Q dapat dituliskan p => q.

Contoh:

Jika terdapat kelebihan kandungan gula dalam tu buh, maka risiko diabetes akan meningkat (Anteseden: Terdapat kelebihan kandungan gula dalam tubuh, Konsekuensi: risiko diabetes meningkat)

Tabel Nilal Kebenaran:

Tabel Nilal Kebenaran:

 

Tabel Nilal Kebenaran:

1. SILOGISME

Salah satu bentuk penalaran umum adalah silogisme yang terdiri dari dua proposisi premis dan satu proposisi simpulan. Terdapat beberapa bentuk dari silogisme, diantaranya mengafirmasi anteseden (Modus Ponens), mengafirmasi konsekuensi, menyangkal anteseden, menyangkal konsekuensi (Modus Tollens), dan argumen berantai.

a. Mengafirmasi Anteseden (Modus Ponens) Mengafirmasi anteseden, biasa juga disebut dengan modus ponens adalah bentuk silogisme yang melibatkan dua proposisi premis dan satu proposisi simpulan dengan pola sebagai berikut:

1. SILOGISMESalah satu bentuk penalaran umum adalah silogisme yang terdiri dari dua proposisi premis dan satu proposisi simpulan. Terdapat beberapa bentuk dari silogisme, diantaranya mengafirmasi anteseden (Modus Ponens), mengafirmasi konse- kuensi, menyangkal anteseden, menyangkal kon sekuensi (Modus Tollens), dan argumen berantai.a. Mengafirmasi Anteseden (Modus Ponens) Mengafirmasi anteseden, biasa juga dise- but dengan modus ponens adalah bentuk silogisme yang melibatkan dua proposisi premis dan satu proposisi simpulan de ngan pola sebagai berikut:

b. Mengafirmasi Konsekuensi

Mengafirmasi Konsekuensi adalah bentuk silogisme yang melibatkan dua proposisi premis dan satu simpulan dengan pola sebagai berikut:

b. Mengafirmasi KonsekuensiMengafirmasi Konsekuensi adalah bentuk silogisme yang melibatkan dua proposisi premis dan satu simpulan dengan pola sebagai berikut:

c. Menyangkal Anteseden

Menyangkal anteseden adalah bentuk silogisme yang melibatkan dua premis dan satu simpulan dengan pola sebagai berikut:

c. Menyangkal AntesedenMenyangkal anteseden adalah bentuk silogisme yang melibatkan dua premis dan satu simpulan dengan pola sebagai berikut:

d. Menyangkal Konsekuen (Modus Tollens)

Menyangkal konsekuen, biasa juga disebut dengan modus tollens adalah bentuk silogisme yang melibatkan dua premis dan satu simpulan dengan pola sebagai berikut:

d. Menyangkal Konsekuen (Modus Tollens)Menyangkal konsekuen, biasa juga disebut dengan modus tollens adalah bentuk silogisme yang melibatkan dua premis dan satu simpulan dengan pola sebagai berikut:

e. Argumen Berantai

Argumen berantai merupakan bentuk silogisme yang melibatkan beberapa proposisi implikasi sebagai premis dengan satu simpulan berupa proposisi implikasi. Dalam argumen berantai, penarikan simpulan dilakukan dengan mengeliminasi konsekuensi suatu komposisi dengan anteseden komposisi selanjutnya, polanya dapat dilihat sebagai berikut;

e. Argumen BerantaiArgumen berantai merupakan bentuk silogisme yang melibatkan beberapa proposisi implikasi sebagai premis dengan satu simpulan berupa proposisi implikasi. Dalam argumen berantai, penarikan simpulan dilakukan dengan mengeliminasi konsekuensi suatu komposisi dengan anteseden komposisi selanjutnya, polanya dapat dilihat sebagai berikut.

 

e. Argumen BerantaiArgumen berantai merupakan bentuk silogisme yang melibatkan beberapa proposisi implikasi sebagai premis dengan satu simpulan berupa proposisi implikasi. Dalam argumen berantai, penarikan simpulan dilakukan dengan mengeliminasi konsekuensi suatu komposisi dengan anteseden komposisi selanjutnya, polanya dapat dilihat sebagai berikut.

2. KESESUAIAN PERNYATAAN

Pada bentuk tes ini, disajikan sebuah paragraf atau data berbentuk tabel atau diagram kemudian diminta untuk memilih pernyataan yang sesuai dengan informasi yang berikan. Agar dapat memilih pernyataan yang sesuai, perlu mengetahui isi atau informasi utama dari data yang diberikan. Agar lebih mudah memahami, mari perhatikan contoh berikut:
Diberikan sebuah teks:

Menurut hasil penelitian terbaru, ditemukan hubungan antara tingkat pendidikan dengan kesehatan mental seseorang. Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik.

Berdasarkan paragraf di atas, diberikan beberapa pernyataan yang harus dipilih. Biasanya soal akan mengharuskan peserta tes untuk memilih Jawaban yang paling benar. Misalnya, diberikan lima pernyataan berikut:

a. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik.

b. Terdapat hubungan antara tingkat pendi dikan dengan kesehatan mental seseorang.

C. Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki ke sehatan mental yang lebih buruk.

d. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kesehatan mental seseorang.

e. Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang sama memiliki kesehatan mental yang sama pula.

Dari kelima jawaban tersebut terlihat bahwa pilihan jawaban (B) yang paling sesuai karena memang terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kesehatan mental seseorang.

Pada tipe tes kesesuaian pernyataan, hal yang ditanyakan juga beragam, bisa ditanyakan informasi yang paling benar ataupun yang pasti salah, informasi yang memperkuat atau memperlemah, hubungan antarinformasi, dan sebagainya.

3. NEGASI/INGKARAN

NEGASI/INGKARAN

Contoh:

Negasi dari pernyataan, “Jika sebagian bayi minum ASI maka tidak diberi makan tambahan” adalah: Sebagian bayi minum ASi dan diberi makan tambahan.

4. KUANTOR

KUANTOR

KUANTOR

Contoh:

Premis 1: Semua komedi akan membuat tertawa penontonnya.

Premis 2: Sebagian acara di televisi adalah komedi.

Kesimpulan:

Sebagian acara televisi membuat tertawa.

Contoh:
Premis 1: Semua rumput adalah ilalang.
Premis 2: Sebagian ilalang berduri.

Kesimpulan:

Tidak dapat disimpulkan dengan pasti, apakah ada rumput yang berduri atau tidak. Sebab, tidak bisa dipastikan apakah sebagian ilalang yang berduri itu adalah terdapat rumput di antaranya atau tidak.

Contoh:
Premis 1: Semua rumput adalah ilalang.
Premis 2: Sebagian ilalang berduri.Kesimpulan:Tidak dapat disimpulkan dengan pasti, apakah ada rumput yang berduri atau tidak. Sebab, tidak bisa dipastikan apakah sebagian ilalang yang berduri itu adalah terdapat rumput di antaranya atau tidak.

5. Pengambilan Kesimpulan dengan Irisan Himpunan

Sebagian besar soal-soal penalaran yang terda pat pada psikotes merupakan soal yang dapat diselesaikan atau diambil kesimpulannya tanpa menggunakan rumus matematika.

5. Pengambilan Kesimpulan dengan Irisan HimpunanSebagian besar soal-soal penalaran yang terda pat pada psikotes merupakan soal yang dapat diselesaikan atau diambil kesimpulannya tanpa menggunakan rumus matematika.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *